Karya Yang Tidak Pernah Padam Dari Setiap Masa
Siapa tidak tahu Ebiet G. Ade. Wujud penyanyi serta penulis lagu ini diketahui melalui karya- karyanya yang fenomenal. Pemilik nama asli Abid Ghoffar bin Aboe Djafar ini diketahui lagu- lagunya yang bertemakan alam. Sebut saja semacam Kabar Kepada Kawan, Titip Rindu buat Bapak, Saya Mau Kembali.
Penampilan Ebiet G. Ade senantiasa sanggup mencuri atensi. Terlebih ditambah game petikan gitarnya, yang membuat lagu- lagunya begitu akrab di kuping yang mencermati.
Namanya tidak cuma diketahui oleh satu generasi, melainkan sudah menembus batasan waktu serta senantiasa menginspirasi para pendengar dari bermacam umur. Lahir di Wonogiri, Jawa Tengah pada tahun 1944, Ebiet G. Ade sudah meninggalkan jejak yang tidak terlupakan dalam dunia musik Indonesia.
Kehidupan Pribadi
Terlahir dengan nama Abid Ghoffar di Wanadadi, Banjarnegara, ia ialah anak bungsu dari 6 bersaudara. Dahulu dia memendam banyak cita- cita, semacam insinyur, dokter, pelukis. Seluruhnya melenceng, Ebiet malah jadi penyanyi—kendati dia lebih suka diucap penyair sebab latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan.
Nama Ebiet didapatnya dari pengalamannya kursus bahasa Inggris semasa SMA. Gurunya orang asing, biasa memanggilnya Ebiet, bisa jadi sebab mereka mengucapkan A jadi E. Termotivasi dari tulisan Ebiet di bagian punggung kaus merahnya, lambat- laun dia lebih kerap dipanggil Ebiet oleh sahabatnya.
Ekspedisi Karier Musikal
Pada bulan Mei 1979, dikala Ebiet bergabung dengan Jackson Record, Ebiet kesimpulannya sukses merilis album debut Camellia I diproduseri oleh Jackson Arief. Dalam album ini, nama Ebiet yang bonus jadi Ebiet Gram Angkatan darat(AD), singkatan dari Ghoffar serta Aboe Djafar. Pemakaian nama inipun tidak sangat lama, serta kesimpulannya nama bonus jadi Ebiet G. Ade.
Lagu- lagunya jadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tidak heran, Ebiet pernah merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979- 1983. Dekat 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, label yang melambungkan namanya itu tutup serta Ebiet terpaksa keluar. Dia pernah mendirikan label sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, serta Seraut Wajah.
Ebiet merupakan salah satu penyanyi yang menunjang album Kita Buat Mereka, suatu album yang dikeluarkan berkaitan dengan terbentuknya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi yang lain. Dia memanglah seseorang penyanyi yang terilhami oleh alam, sosial, ketuhanan serta kemanusiaan sehingga normal terdapat sebagian lagunya yang termotivasi oleh bencana alam, sehingga lagu- lagunya kerap jadi tema bencana.
Pengaruh Musikal serta Kultural
Ebiet G. Ade bukan cuma seseorang penyanyi serta penulis lagu, namun pula seseorang seniman yang pengaruhi budaya serta benak warga Indonesia. Lewat musiknya, ia sukses menggambarkan bukti diri keindonesiaan serta menginspirasi generasi muda buat menyayangi peninggalan budaya mereka sendiri. Pemakaian bahasa yang kaya, penyampaian yang emosional, serta ketulusan dalam tiap kata sudah buatnya dikira selaku salah satu maestro musik Indonesia.
Penghargaan serta Pengakuan Internasional
Prestasi Ebiet G. Ade tidak cuma diakui di Indonesia namun pula di tingkatan internasional. Karyanya sudah menerima bermacam penghargaan, tercantum penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia serta pengakuan dari bermacam lembaga musik di luar negara. Keunikan style bermusiknya yang mencampurkan nuansa tradisional Indonesia dengan sentuhan modern buatnya jadi salah satu tokoh yang dihormati dalam dunia musik Indonesia.
MemBers EGA
Semenjak merilis album awal hingga saat ini, Ebiet tidak sempat kehabisan penggemar. Mereka berasal dari bermacam wilayah di Indonesia, apalagi sebagaian terletak di luar negara. Kelompok nirlaba itu bernama MemBers EGA( Membumi Bersama Ebiet G. Ade), yang dikala ini diketuai oleh Harsono Anest. Tidak hanya jadi ajang apresiasi, komunitas ini dibangun buat menjalakan komunikasi, kekerabatan, serta persaudaraan antar sesama pencinta lagu Ebiet.