Pernah Populer, Namun kini Kembali Redup
Industri musik di Indonesia cukup menarik dan cukup dinamis untuk diikuti. Mulai dari era 80-an, 90-an, sampai 2000-an, musik yang menjadi tren di Indonesia berbeda-beda di setiap eranya. Walaupun berbeda era, musik akan selalu mendapat tempat di hati para pecinta musik. Kalau berbicara tentang tren musik, pasti tidak akan lepas dari boy band. Sejarah awal boy band sudah ada sejak akhir abad ke-19, yaitu dengan munculnya kelompok Vokal. Saat itu istilah boy band belum digunakan, dan masih menggunakan nama kelompok vokal. Pada era 1950-an, muncul kelompok vokal Afrika-Amerika, The Ink Spots. Kelompok The Ink Spots diklaim sebagai kelompok vokal atau boy band pertama di dunia.
Bangkit Dan Jatuh Kembali
Memasuki tahun 2010-an, boy band di Indonesia mulai kembali bermunculan. Hal itu terjadi karena dampak dari maraknya demam budaya Korea Selatan di Tanah Air. Boy band SMSH hadir sebagai bangkitnya boy band lokal versi modern. Melihat suksesnya SMSH, gak sedikit yang mengikuti jejak mereka untuk mempopulerkan boy band yang kemudian menjadi tren. Lumayan banyak boy band yang terbentuk dan mendominasi industri musik Indonesia pada masa-masa itu, tapi sayangnya eksistensi mereka hanya bertahan beberapa tahun saja.
Faktor pertama, boy band ini hanyalah sebuah boneka yang hadir tanpa visi dan misi. Mereka hanyalah boneka semata. Apa yang mereka lakukan hanyalah semacam menyajikan saja, tidak ada visi misi yang jelas tentang karya yang mereka bawakan, disini kepentingan bisnis industri lah yang dikedepankan.
Faktor kedua, tidak adanya penjiwaan terhadap karya yang dimiliki. Melirik dari sebuah studi bahwa pemerintah Korea Selatan, Boyband mereka dengan sungguh-sungguh memperhatikan potensi untuk kedepannya. Sehingga keunikan mereka gak cuma dikenal di kandang sendiri, tapi juga di dunia musik internasional.
Lalu seiring dengan berjalannya waktu, ketenaran boy band di Indonesia benar-benar memudar. Beberapa di antara mereka ada yang memilih untuk vakum, bahkan bubar. Setelah itu, ada yang berkarir sebagai solois sampai aktor. Salah satu contohnya adalah Bisma ‘SM*SH’ yang sampai tahun 2021 sudah bermain kurang lebih sepuluh film layar lebar.
Selain itu mengutip dari berbagai sumber, ada beberapa faktor lain yang menjadi pendukung pudarnya demam boy band di Indonesia. Diantaranya adalah,
- Orisinalitas boy band Indonesia vs K-Pop
Sebelum Indonesia dilanda oleh demam boy band, K-Pop lebih dulu dihuni oleh bintang-bintang berbakat dalam satu grup. Banyak yang ter influence K-Pop dari style dan musiknya, tapi kalau disandingkan, beda kualitas yang terlihat cukup mencolok.
- Boy band identik dengan ‘perempuan’
Sudah menjadi fenomena kalau boy band kebanyakan di idolakan oleh kaum perempuan. Oleh karena itu, kalau ada laki-laki yang ngefans dengan boy band, bakal dipandang aneh oleh masyarakat kita.
- Hanya Mengikuti Tren
Karena hanya tren yang bersifat musiman, popularitas mereka pun tidak bertahan lama. Ketika penikmat musik mulai beralih ke arah warna musik yang lain, pelan-pelan kehadiran boy band pun mulai ditinggalkan.
- Tidak Lagi Punya Karya Baru
Salah satu alasan mengapa boy band remaja seperti Coboy Junior ikut bubar dikarenakan mereka tidak memiliki karya baru yang bisa menjual dan bisa dinikmati oleh pasarnya. Fans yang tidak lagi loyal akhirnya berpindah mendengarkan penyanyi lain yang memiliki karya musik yang lebih segar dan lebih enak di dengar.
Pada era sekarang ini, tren musik pastinya lebih berkembang dan lebih dinamis lagi. Pecinta musik juga bisa lebih mudah untuk mendengarkan musik dikarenakan mulai berkembangnya berbagai platform streaming musik. Dengan hadirnya platform streaming ini, pendengar musik juga bisa mengeksplorasi genre yang lebih luas. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti, euforia boyband akan kembali melanda di Indonesia.